Pages

Ads 468x60px

Blogroll

Blogger templates

Blogger news

Featured Posts

Minggu, 20 Oktober 2013

Sakaratul Maut, Detik-Detik Yang Menegangkan Dan Menyakitkan

SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI MENYAKITKAN[1]

Oleh
Dr Muhammad bin Abdul Aziz bin Ahmad Al'Ali


Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai sakaratul maut.

Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya"[2].

Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah:

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya". [Qaaf: 19]

Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul maut dengan kematian[3].

Juga ayat:

كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan". Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau". [Al Qiyamah: 26-30]

Syaikh Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia) mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan. Karena itu Allah berfiman: "Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang akan menyembuhkan?" artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya, penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi amalannya, dan mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".[4]

Sedangkan beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut:
Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita (menjelang ajal menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam)

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي الْمَاءِ فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَيَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي باب مرض النبي ووفاته. الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ

"Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: "Laa Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut". Dan beliau menegakkan tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan tangannya melemas"[5]

Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلَام وَا أخرجه البخاري في المغازي باب مرض النبي ووفاته.اليَوْمِ َرْبَ أَبَاهُ فَقَالَ لَهَا لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ

"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat penderitaanmu ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…[al hadits]" [6]

Dalam riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أخرجه الترمذي ك الجنائز باب ما جاء في التشديد عند الموت وصححه الألباني

"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullah".[7]

Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap jiwa akan merasakan mati". (Ali 'Imran: 185). Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya kematian ada kepedihannya". Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. [8]

KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN.
Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang baik lagi menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang proses kematian seorang mukmin:

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنْ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنْ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنْ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ قَالَ فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ

"Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: "Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat- jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya keluar bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi.."[al hadits].[9]

Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan dengan ridla Allah untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan bahwa para malaikat menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta membawa berita gembira tentang syurga. Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ {30} نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):" Janganlah kamu bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Fushshilat: 30]

Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata "janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan".

Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: "Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan". Dan mengomentarinya dengan: "Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang demikian kenyataannya".

Firman-Nya: "Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga".[10]

Dalam ayat lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam keadaan baik dengan firman-Nya:

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلاَئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلاَمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)", masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [An Nahl: 32]
.
Syaikh Asy Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka dengan salam…[11]

MENGAPA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM MENDERITA SAAT SAKARATUL MAUT?
Kondisi umum proses pencabutan nyawa seorang mukmin mudah lagi ringan. Namun kadang-kadang derita sakarul maut juga mendera sebagian orang sholeh. Tujuannya untuk menghapus dosa-dosa dan juga mengangkat kedudukannya. Sebagaimana yang dialami Rasulullah. Beliau Shallallallahu 'alaihi wa sallam merasakan pedihnya sakaratul maut seperti diungkapkan Bukhari dalam hadits 'Aisyah di atas.

Ibnu Hajar mengatakan: "Dalam hadits tersebut, kesengsaran (dalam) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan martabat (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya"[12]

Menurut Al Qurthubi dahsyatnya kematian dan sakaratul maut yang menimpa para nabi, maka mengandung manfaat :

Pertama : Supaya orang-orang mengetahui kadar sakitnya kematian dan ia (sakaratul maut) tidak kasat mata. Kadang ada seseorang melihat orang lain yang akan meninggal. Tidak ada gerakan atau keguncangan. Terlihat ruh keluar dengan mudah. Sehingga ia berfikir, perkara ini (sakaratul maut) ringan. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi pada mayat (sebenarnya). Tatkala para nabi, mengabarkan tentang dahsyatnya penderitaan dalam kematian, kendati mereka mulia di sisi Allah, dan kemudahannya untuk sebagian mereka, maka orang akan yakin dengan kepedihan kematian yang akan ia rasakan dan dihadapi mayit secara mutlak, berdasarkan kabar dari para nabi yang jujur kecuali orang yang mati syahid.

Kedua : Mungkin akan terbetik di benak sebagian orang, mereka adalah para kekasih Allah dan para nabi dan rasul-Nya, mengapa mengalami kesengsaraan yang berat ini?. Padahal Allah mampu meringankannya bagi mereka?. Jawabnya, bahwa orang yang paling berat ujiannya di dunia adalah para nabi kemudian orang yang menyerupai mereka dan orang yang semakin mirip dengan mereka seperti dikatakan Nabi kita. Hadits ini dikeluarkan Bukhari dan lainnya. Allah ingin menguji mereka untuk melengkapi keutamaan dan peningkatan derajat mereka di sisi-Nya. Ini bukan sebuah aib bagi mereka juga bukan bentuk siksaan. Allah menginginkan menutup hidup mereka dengan penderitaan ini meski mampu meringankan dan mengurangi (kadar penderitaan) mereka dengan tujuan mengangkat kedudukan mereka dan memperbesar pahala-pahala mereka sebelum meninggal. Tapi bukan berarti Allah mempersulit proses kematian mereka melebihi kepedihan orang-orang yang bermaksiat. Sebab (kepedihan) ini adalah hukuman bagi mereka dan sanksi untuk kejahatan mereka. Maka tidak bisa disamakan".[13]

KABAR BURUK DARI PARA MALAIKAT KEPADA ORANG-ORANG KAFIR.
Sedangkan orang kafir, maka ruhnya akan keluar dengan susah payah, ia tersiksa dengannya. Nabi menceritakan kondisi sakaratul maut orang kafir atau orang yang jahat dengan sabdanya:

"Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah. [14]

Secara ekspilisit, Al Quran telah menjelaskan bahwa para malaikat akan memberi kabar buruk kepada orang kafir dengan siksa. Allah berfirman: "

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat mumukul dengan tangannya, (Sambil berkata): "Keluarkan nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya". [Al An'am: 93]

Maksudnya, para malaikat membentangkan tangan-tangannya untuk memukuli dan menyiksa sampai nyawa mereka keluar dari badan. Karena itu, para malaikat mengatakan: "Keluarkan nyawamu". Pasalnya, orang kafir yang sudah datang ajalnya, malaikat akan memberi kabar buruk kepadanya yang berbentuk azab, siksa, belenggu, dan rantai, neraka jahim, air mendidih dan kemurkaan Ar Rahman (Allah). Maka nyawanya bercerai-berai dalam jasadnya, tidak mau taat dan enggan untuk keluar.

Para malaikat memukulimya supaya nyawanya keluar dari tubuhnya. Seketika itu, malaikat mengatakan: "Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatnya".. artinya pada hari ini, kalian akan dihinakan dengan penghinaan yang tidak terukur karena mendustakan Allah dan (lantaran) kecongkakan kalian dalam mengikuti ayat-ayat-Nya dan tunduk kepaada para rasul-Nya.

Saat detik-detik kematian datang, orang kafir mintai dikembalikan agar bisa masuk Islam. Sedangkan orang yang jahat mohon dikembalikan ke dunia untuk bertaubat, dan beramal sholeh. Namun sudah tentu, permintaan mereka tidak akan terkabulkan. Allah berfirman:

حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ {99} لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan". [Al Mukminun: 99-100]

Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah. Wallahu a'lamu bishshawab. Washallallahu 'ala Muhamaad wa 'ala alihi ajmain.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun VIII/1426H/2005. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Diadaptasi oleh M. Ashim dari kitab Ahwalu Al Muhtazhir (Dirasah Naqdiyyah) karya Dr. Muhammad bin 'Abdul 'Aziz bin Ahmad Al 'Ali, dosen fakultas Ushuluddin di Riyadh. Majalah Jam'iah Islamiyah edisi 124 tahun XXXVI -1424 H.
[2]. Al Maut hlm. 69
[3]. Lihat Jami'u Al Bayan Fii Tafsiri Al Quran (26/100-101) dan Fathul Qadir (5/75).
[4]. Taisir Al Karimi Ar Rahman Fi Tafsiri Kalami Al Mannan hlm. 833.
[5]. HR. Bukhari kitab Riqaq bab sakaratul maut (6510) dan kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[6]. HR. Bukhari kitab Maghazi bab sakit dan wafatnya Nabi (4446).
[7]. HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979).
[8]. At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
[9]. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).
[10]. Tafsiru Al Quranil 'Azhim (4/100-101).
[11]. Adhwaul Bayan (3/266).
[12]. Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari (11/363).
[13]. At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/48-50) dengan diringkas
[14]. HR. HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753).

Sumber : http://almanhaj.or.id/content/2570/slash/0/sakaratul-maut-detik-detik-yang-menegangkan-dan-menyakitkan/

Daftar Isi Arabindo

QAWAID (TATA BAHASA)
  1. Aqsam al-Kalimah (Pembagian Kata)
  2. Isim Alam (Kata Benda Nama)
  3. Mudzakkar (Laki-laki) – Muannats (Perempuan)
  4. Mufrad (Tunggal) – Mutsanna (Dual) – Jamak (Plural)
  5. Isim Isyarah (Kata Tunjuk)
  6. Isim Maushul (Kata Sambung)
  7. Isim Nakirah (Kata Benda Umum) – Isim Ma’rifah (Kata Benda Khusus)
  8. Shifat-Maushuf, Mudhaf-Mudhaf Ilaih, Mubtada’-Khabar
  9. Dhamir (Kata Ganti)
  10. Dhamir Rafa’ (Kata Ganti Subjek)
  11. Dhamir Nashab (Kata Ganti Objek)
  12. Fi’il Madhy (Kata Kerja Lampau) – Fi’il Mudhari’ (Kata Kerja Kini/Nanti)
  13. Fi’il Amar (Kata Kerja Perintah)
  14. Fi’il Nahy (Kata Kerja Larangan)
  15. Fi’il Ma’lum (Kata Kerja Aktif) – Fi’il Majhul (Kata Kerja Pasif)
  16. Harf (Kata Tugas)
  17. Adawat al-Istifham (Kata Tanya)
  18. Isim Jamid (Kata Benda Solid)
  19. Isim Musytaq (Kata Benda Pecahan)
  20. Fi’il Mujarrad (Fi’il dengan Huruf Asli)
  21. Fi’il Mazid (Fi’il dengan Huruf Tambahan)
  22. I’rab Isim (Perubahan Baris/Bentuk di Akhir Kata Benda)
  23. Isim Marfu’ (Kata Benda yang Mengalami I’rab Rafa’)
  24. Isim Manshub (Kata Benda yang Mengalami I’rab Nashab)
  25. Isim Majrur (Kata Benda yang Mengalami I’rab Jarr)
  26. Inna dan Kana serta “Kawan-kawannya”
  27. Alamat Far’iyyah (Tanda-tanda Cabang dari I’rab)
  28. Isim Ghairu Munawwan (Isim yang Tidak Menerima Tanwin)
  29. I’rab Fi’il Mudhari’ (Perubahan Baris/Bentuk di Akhir Fi’il Mudhari’)
  30. ‘Adad (Bilangan)
HIWAR (PERCAKAPAN)
  1. Perkenalan (1)
  2. Perkenalan (2)
  3. Kebangsaan (1)
  4. Kebangsaan (2)
  5. Profesi (1)
  6. Profesi (2)
  7. Keluarga
  8. Silsilah Keturunan
  9. Azan Subuh
  10. Tempat Tinggal
  11. Apartemen
  12. Perabot Rumah
  13. Pagi Hari
  14. Libur
  15. Pagi Hari Libur
  16. Makan Pokok
  17. Makanan
  18. Makan Siang
  19. Shalat Lima Waktu
  20. Safar (Perjalanan Jauh)
  21. Azan Ashar
  22. Jadwal Pelajaran
  23. Mahasiswi
  24. Sekolah
  25. Profesi
  26. Studi dan Profesi
  27. Guru Perempuan
  28. Kamus
  29. Di Pasar
  30. Pakaian
  31. Cuaca
  32. Ke Luar Negeri
  33. Dari Luar Negeri
  34. Antara Desa dan Kota
  35. Hobi
  36. Pameran Hobi
  37. Perguruan Tinggi
  38. Biro Perjalanan
  39. Di Bandara
  40. Tas Jinjing
  41. Libur Ramadhan
  42. Umrah
  43. Haji
  44. Di Rumah Sakit
  45. Demam
  46. Dari Dokter
  47. Hari Raya
  48. Bepergian di Waktu Libur
  49. Mengisi Liburan
  50. Madu Mengandung Obat
  51. Ke Dokter
  52. Manusia Butuh Istirahat
  53. Bagaimana Kita Berlibur?
  54. Pilihlah Perempuan yang Baik Agamanya
  55. Begadang di Luar Rumah
  56. Antara Desa dan Kota
  57. Jalan Menuju Universitas
  58. Bergabung di Universitas
  59. Peradaban Muslimin
  60. Mencari Pekerjaan
QIRAAH (BACAAN)
  1. Bahasa Arab Fasih dan Jejak-jejaknya
  2. Zainab dan Maryam, Dua Sahabat
  3. Masa Muda
  4. Kebersihan Lingkungan
  5. Pengajaran – Dahulu dan Sekarang
  6. Bentuk-bentuk Rekreasi
  7. Berkemah
  8. Keluarga – Dahulu dan Sekarang
  9. Pekerjaan Wanita
  10. Problema Suami-Isteri
  11. Problematika Pemuda
  12. Hakikat Islam
  13. Islam dan Kebersihan
  14. Jenjang Pendidikan
  15. Kota-kota Besar
  16. Mengapa Sebagian Orang Suka Tinggal di Kota Besar?
  17. Negara-negara Timur dan Negara-negara Barat
  18. Bahasa Arab Bahasa Internasional
  19. Bekerja Lebih Baik daripada Meminta
  20. Macam-macam Penghargaan
  21. Penghargaan Internasional Raja Faisal
  22. Kesehatan – Dahulu dan Sekarang
  23. Rukun Islam yang Lima
  24. Alat Transportasi dan Komunikasi Dahulu dan Modern
  25. Bahaya-bahaya Rokok
  26. Memilih Pasangan
  27. Bahasa Arab dan Al-Quran
  28. Agama Menyuruh Hidup Bersih
  29. Rekreasi dalam Islam
  30. Kota-kota Islam
  31. Sang Pencari Kebenaran
  32. Sekolah dan Lembaga Pendidikan
  33. Tingakatan-tingkatan Persahabatan
  34. Globalisasi
  35. Bagaimana Memilih Profesi?
  36. Ulama yang Memperoleh Penghargaan Raja Faisal
Sumber: http://arabindo.co.nr/

Program Kerja Kepala Madrasah

Kepala Madrasah

Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor, leader innovator / pemimpin, motivator.
Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien (lihat tugas
guru).
a.    Kepala Madrasah selaku manajer memiliki tugas :
  • Menyusun perencanaan
  • Mengorganisasikan kegiatan
  • Mengarahkan kegiatan
  • Mengkoordinasikan kegiatan
  • Melaksanakan pengawasan
  • Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
  • Menentukan kebijaksanaan
  • Mengadakan rapat
  • Mengambil keputusan
  • Mengatur proses belajar mengajar
  • Mengatur administrasi, ketatausahaan,  kesiswaan,  ketenagaan,  sarana dan prasarana, keuangan
  • Mengatur organisasi intra sekolah (OSIS)
  • Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat di instansi terkait
b.    Kepala Madrasah selaku administrasi  bertugas menyelenggarakan administrasi :
  • Perencanaan
  • Pengorganisasian
  • Pengarahan
  • Pengkoordinasian
  • Pengawasan
  • Kurikulum
  • Kesiswaan
  • Ketatausahaan
  • Ketenagaan
  • Kantor
  • Keuangan
  • Perpustakaan
  • Laboratorium
  • Ruang keteramplan/ kesenian
  • Bimbingan konseling
  • Unit Kesehatan sekolah ( UKS )
  • Oraganisasi Intra Sekolah ( OSIS )
  • Serbaguna
  • Media
  • Gudang
  • 7 K
c.    Kepala Madrasah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai :
  • Proses belajar mengajar
  • Kegiatan bimbingan konseling
  • Kegiatan ekstarkurikuler
  • Kegiatan ketatausahaan
  • Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi terkait
  • Sarana dan prasarana
  • Kegiatan oraganisasi intra sekolah (OSIS)
  • Kegiatan 7K
b.    Kepala Madrasah sebagai pemimpin / leader :
  • Dapat dipercaya, jujur  & bertanggung jawab
  • Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa
  • Memiliki visi dan memahami visi sekolah
  • Mengambil keputusan urusan intern dan  externs sekolah
c.    Kepala sekolah sebagai inovator
  • Melakukan pembahasan dibidang
  • Kegitan Belajar Mengajar
  • Bimbingan Konseling
  • Ekskul
  • Pengadaan
  • Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan
  • Melakukan pembaharuan dalam sumber daya di BP3 dan masyarakat
d.     Kepala Madrasah sebagai motivator
  • Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk bekerja
  • Mengatur ruang kantor yang konduktif untuk kegiatan belajar mengajar (KBM)/Bimbingan Konseling (BK)
  • Mengatur ruang laboratorium yang konduktif untuk praktikum
  • Mengatur ruang perpustakaan yang konduktif untuk belajar
  • Mengatur halaman/lingkungan sekolah yang sejuk dan teratur
  • Menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan
  • Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antar sekolah dan lingkungan
  • Menerapakan prinsip penghargaan dan hukuman dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah.

Profil MA Unggulan Al-Musthofawiyah Palang

Madrasah Aliyah Al-Mustofawiyah didirikan pada tahun 1987 M oleh KH. Achmad Mustofa, dan K. Sulchan Thoha, serta didukung beberapa guru lainnya yaitu Ir. Hadi Sutrisno, MM, Sabenin Rimata, BA, K. Masykur,BA, dan K. Zamahsyari, BA. Lembaga ini di bawah naungan pondok pesantren Al-Mustofawiyah yang telah berdiri sejak tahun 1925 M oleh KH. Musthofa (yang disebut Mbah Topo) MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang sebagai lembaga pendidikan formal program studi ilmu-ilmu sosial, diharapkan mampu mengisi pembangunan bangsa dan Negara sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya. Pendidikan ilmu-ilmu agama di MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang, sebagai tujuan Tafaqquh fiddin, dengan fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran dan pelestarian ajaran Ahlus Sunnah Wal-jamaah.
Secara sederhana MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang, ingin mencetak peserta didik yang berkepribadian mandiri dalam kebersamaan atau rentang antara individualitas dan sosialitas. MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang berkeinginan mengarahkan peserta didik yang terpanggil untuk mengenal alam diri dan lingkungannya guna mencukupi kebutuhan hidupnya atau rentang antara jasmaniyah, bakat kodrat dan kreatifitas maupun tanggung jawab kepada keluarga. MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang bermaksud memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat, bangsa dan Negaranya. Dalam rangka mencapai tujuan dan harapan yang dimaksud, maka MA Unggulan Al Mustofawiyah Palang telah melakukan upaya-upaya perbaikan yang menyangkut :
Periodisasi Kepemimpinan MA Unggulan Al Mustofawiyah Dengan Segala Upayanya.
1. Periode Pertama Tahun 1986 – 1987    KH. Achmad Mustofa (Kepala Madrasah yang pertama / Pendiri )
MA Unggulan Al Mustofawiyah pada masa beliau adalah masa – masa sulit , karena dalam rangka berjuang . Semua dalam keterbatasan , keterbatasan sarana prasarana, keterbatasan dana, keterbatasan guru dsb. Beliu tidak lama memimpin Madrasah Aliyah Al Mustofawiyah, karena kondisi kesehatannya yang juga semakin tua, maka akhirnya kepemimpinan beliau diserahkan kepada Ir. H. Hadi Sutrisno, MM.
2. Periode Kedua Tahun 1987 – 1988  Ir. H. Hadi Sutrisno, MM.
Pada kepemimpinan beliau , kondisi MA,Al Mustofawiyah belum dapat berkembang secara signifikan . Hal ini disebabkan beliau belum dapat menjalankan fungsi kepemimpinan kepala madrasah dengan banyak ketrebatasan . Oleh karena itu dalam menjalankan tugas sehari-hari, beliau didampingi tenaga muda yang cukup potensi dan  mumpuni dilihat dari disiplin keilmuan agama dan umumnya. Beliau adalah K. Sulchan  yang lulusan pondok pesantren dan juga Pegawai Negeri, yang kemudian  banyak tampil dalam melaksanakan fungsi sebagai kepala madrasah sampai akhir tahun pelajaran 1988 .
Pada kepemimpinan beliau inilah , Madrasah Aliyah Al Mustofawiyah mengikuti Ujian Negara pertama tahun 1988 .
3. Periode Ketiga Tahun 1988 – 1997   Sabenin Rimata, BA
Beliau menjadi Kepala Madrasah Aliyah Al Mustofawiyah pada Tahun 1988 – 1997. Beliau memimpin cukup arif dan bijaksana. Pada periode ini, mulai berkembang jumlah muridnya , jumlah gurunya dan peningkatan fasilitas yang lain . Beliau memimpin sampai tahun 1997.
4. Periode Keempat Tahun 1997 – Sekarang Rofi’uddin, S,Pd, M,Pd.I 
Figur dan sosok ini adalah seorang alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang dan  STKIP Jombang sedangkan S2-nya dari UNISMA Malang  Berkat kharisma yang dimilikinya, ia berusaha menjadikan Madrasah Aliyah Al Mustofawiyah, madrasah terbesar swasta di Kabupaten Tuban. Beliau adalah Guru Agama swasta  yang diangkat menjadi Kepala Madrasah Aliyah Al Mustofawiyah. Di tangan beliaulah MA.Al Mustofawiyah mengalami kemajuan, bahkan jumlah muridnya terbesar di Kecamatan Palang Tuban. Indikasinya adalah status madrasah dari Terdaftar ke terakreditasi, jumlah siswa yang pernah sampai 215 siswa, kelulusan selalu 100 %
Berbekal pengalaman dan pendidikan yang beliau miliki, beliau berusaha mengangkat  MA Unggulan Al Mustofawiyah sejajar dengan sekolah sekolah negeri. Beberapa kali menyabet prestasi ditingkat kecamatan maupun kabupaten baik prestasi olahraga, kesenian maupun dibidang pendidikan. Di tangan beliau proses pembelajaran disejajarkan dengan sekolah-sekolah negeri.

Efek Minum Air Sambil Berdiri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, maka hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR. Ahmad no 8135)
Sekecil dan seremeh apapun sesuatu menurut anggapan kita tidak akan terlepas dari sorotan islam sehingga agama Islam memberikan petunjuk dan jalan kebaikan di dalamnya. Seperti halnya minum, Islam mengajarkan bagaimana tata cara minum. Para ulama menegaskan bahwa minum sambil duduk lebih utama dari pada minum sambil berdiri. Ini berdasarkan hadits Nabi SAWi:
artinya :“Janganlah di antara kalian minum sambil berdiri, bila terjadi maka muntahkanlah airnya” (HR muslim).
Anas ra. berkata, “Nabi Saw telah melarang orang minum sambil berdiri. Qatadah bertanya kepada Anas, “Kalau makan bagaimana?” Anas menjawab), “Kalau makan berdiri lebih busuk dan jahat (HR Muslim)
Abu Hurairah ra. berkata, “Rasulullah Saw bersabda, ‘Janganlah salah seorang dari kalian minum sambil berdiri, maka siapa yang kelupaan hendaknya menumpahkan apa yang telah diminumnya itu.” (HR Muslim)
Di samping itu, menurut Ibnul Qoyyim ada beberapa afat (akibat buruk) bila minum sambil berdiri. Apabila minum sambil berdiri, seperti pendapat Ibnul Qoyyim, maka di samping tidak dapat memberikan kesegaran pada tubuh secara optimal juga air yang masuk ke dalam tubuh akan cepat turun ke organ tubuh bagian bawah. Hal ini dikarenakan air yang dikonsumsi tidak tertampung di dalam maiddah (lambung) yang nantinya akan dipompa oleh lever untuk disalurkan ke seluruh organ-organ tubuh. Dengan demikian air tidak akan menyebar ke organ-organ tubuh yang lain. Padahal menurut ilmu kedokteran tujuh puluh persen dari tubuh manusia terdiri dari zat cair.
Tulang-tulangpun mengandung air sebanyak tiga puluh sampai empat puluh persen. Sebagian besar darah terdiri dari air dimana terdapat larutan bahan-bahan selain sel-sel darah. Akibatnya bilamana pembuangan air dari dalam tubuh lebih besar daripada pemasukannya, terjadilah dehidrasi yaitu kekurangan zat cair dalam tubuh. Begitu juga kadar air dalam jaringan tubuh diatur dengan tepat. Jika terdapat selisih sepuluh persen saja maka gejala-gejala serius akan timbul. Kalau selisih ini mencapai dua puluh persen maka orangnya akan mati.
Selain itu menurut ilmu kedokteran  menurut ilmu kedokteran sekarang. Jika ditinjau dari segi kesehatan, ternyata air yang masuk dengan cara minumnya sambil duduk akan disaring oleh sfringer. Sfringer adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada ‘pos-pos’ penyaringan yang berada di ginjal. Nah. Jika kita minum berdiri. Air yang kita minum tanpa disaring lagi. Langsung menuju kandung kemih. Ketika langsung menuju kandung kemih, maka terjadi pengendapan disaluran ureter. Karena banyak limbah-limbah yang menyisa di ureter. Inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal. Salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Susah kencing itu penyebabnya.
Oleh sebab itu, dianjurkan memuntahkan air apabila terlanjur minum sambil berdiri seperti yang disebut dalam hadits di atas. Para ahli hikmah juga memberi jalan keluar bila terpaksa minum sambil berdiri yaitu menggerak-gerakan dua ibu jari kaki insya Allah akan dapat menolak efek-efek negatif seperti yang disebut di atas.
Ini merupakan kumpulan SKL, Sylabus, RPP, Promes, Protah, Rincian Efekif dan Pemetaan untuk mata pelajaran Bahasa Arab Madrasah Aliyah Silahkan di Download
1. Standar Kompetensi Lulusan Pelajaran Bahasa Arab
SKL Bahasa Arab MA Kelas X XI XII
2. Sylabus Silabus Bahasa Arab
SILABUS Bahasa Arab MA Kelas X, Ganjil
- SILABUS Bahasa Arab MA Kelas X, Genap
SILABUS Bahasa Arab MA Kelas XI, Ganjil
SILABUS Bahasa Arab MA Kelas XI, Genap
- SILABUS Bahasa Arab MA Kelas XII, Ganjil
- SILABUS Bahasa Arab MA Kelas XII, Genap
3. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
RPP Bahasa Arab MA Kelas X, Ganjil
- RPP Bahasa Arab MA Kelas X, Genap
RPP Bahasa Arab MA Kelas XI, Ganjil
RPP Bahasa Arab MA Kelas XI, Genap
-RPP Bahasa Arab MA Kelas XII, Ganjil
-RPP Bahasa Arab MA Kelas XII, Genap
4. PROMES (Program Semester) Bahasa Arab MA
PROMES Bahasa Arab MA Kelas X, 1-2
PROMES Bahasa Arab MA Kelas XI, 1-2
PROMES Bahasa Arab MA Kelas XII, 1-2
5. PROTAH (Program Tahunan) Bahasa Arab
PROTAH Bahasa Arab MA Kelas X, 1-2
PROTAH Bahasa Arab MA Kelas XI, 1-2
PROTAH Bahasa Arab MA Kelas XII, 1-2
6. Rincian Efektif
RINCIAN EFEKTIF Bahasa Arab MA Kelas X, 1-2
RINCIAN EFEKTIF Bahasa Arab MA Kelas XI, 1-2
RINCIAN EFEKTIF Bahasa Arab MA Kelas XII, 1-2
7. PEMETAAN SK-KD Bahasa Arab MA
PEMETAAN SK-KD Bahasa Arab MA Kelas X, 1-2
PEMETAAN SK-KD Bahasa Arab MA Kelas XI, 1-2
PEMETAAN SK-KD Bahasa Arab MA Kelas XII, 1-2
8. KKM Bahasa Arab MA
KKM Bahasa Arab MA Kelas X, 1-2
KKM Bahasa Arab MA Kelas XI, 1-2
- KKM Bahasa Arab MA Kelas XII, 1-2
SUMBER : http://yapono.com/bahasa-arab-ma-kelas-x-xi-xii/
 

Sample text

Sample Text

Sample Text